Dan hujan pun berhenti
judul buku : dan hujan pun berhenti
pengarang :farida susanty
penerbit :grasindo
tahun terbit :2007
harga buku :Rp 20.000,-
Teru teru bozu ialah boneka putih terbuat dari kain yang terkenal dalam budaya Jepang. Di negeri sakura itu, orang-orang menggantungkan teru teru bozu di ranting pohon untuk membendung turunnya hujan. Spiza melakukannya demi melaksanakan niat bunuh diri, sesuai tagline yang tertera di sampul depan novel remaja ini. “kamu mau bunuh diri?” “ya, asal tidak hujan”
Seperti halnya Leostrada Miyazao, karakter utama Dan Hujan Pun Berhenti…, Spiza membenci hujan.
Hujan mengingatkannya pada peristiwa yang teramat pahit di masa lalu. Kenangan buruk yang menghantuinya dalam mimpi sehingga Spiza gelisah dan merasa tak mampu melanjutkan hidup.
Novel perdana Farida Susanty ini sangat kental dengan pernak-pernik Jepang. Mulai dari latar belakang keluarga konglomerat Miyazao, unsur budaya dalam teru teru bozu, bahasa Jepang yang sesekali dipergunakan, sampai keinginan beberapa karakter di dalamnya untuk bunuh diri. Meski harakiri merupakan elemen adat masyarakat Jepang sebagai solusi atas perbuatan yang dianggap memalukan, kemungkinan besar Farida melihat hal ini sebagai gejala yang merajalela di kalangan remaja dan anak di bawah umur di tanah air. Begitu mudahnya orang memutuskan bunuh diri. Orang-orang yang demikian berusaha menghindari permasalahan. Kematian itu mudah, namun kehidupan harus dijalani.
Persamaan tekanan batin membuat Leo dan Spiza dekat, setelah remaja pria itu kehilangan Iris untuk selama-lamanya. Anak muda yang sinis dan membenci keluarganya sendiri ini menemukan pelabuhan teduh untuk jiwanya yang gersang. Meski begitu, keberadaan Spiza tak urung melecut persoalan antara Leo dan teman-temannya satu geng.
Farida menghadirkan beragam karakter yang tidak terkotak-kotak antara baik dan buruk bagaikan dalam dongeng. Luthfi yang rendah diri terhadap Leo dikisahkan berwajah biasa-biasa saja namun memiliki pengetahuan Sejarah menonjol. Tyo, musuh geng Leo, bahkan menyadari bahwa dirinya tidak mempunyai teman seakrab saingannya itu. Bahkan kematian Iris sendiri menguak sebuah rahasia besar yang membuat Leo menyudahi ratapannya dan mencoba mensyukuri keadaan. Dan Hujan Pun Berhenti..benar-benar seperti yang diutarakan Sitta Karina di sampul belakang, “Kita dibawa bertubi-tubi menyelami jurang terdalam si tokoh dengan gaya menulis dan ilustrasi kata yang spontan dan liar.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar