Valentine, sebuah hari di Februari yang katanya penuh kasih sayang,
penuh cinta. Namun katanya lagi, cinta tak perlu dirayakan hanya di
sebuah hari. Aku ingin mengenang cinta hari ini, bukan hari di Februari.
Belajar cinta dari seorang anak.
Berbicara tentang cinta, orang dewasa tak akan pernah bisa mendeskripsikannya karena mereka terlalu takut dan egois.
‘Cinta adalah memberi dan menerima, blablabla…,’ itulah kata mereka.
Sangat terlihat mereka terlalu berhati-hati ketika berbicara tentang
cinta, dan kalian tahu apa yang didapat? Ketika kamu terlalu
berhati-hati, kamu hanya menghasilkan yang “bukan diri sendiri”.
Anak-anak adalah manusia yang belum sempurna, dan memang sebagai
manusia tidak akan menjadi sempurna. Namun justru karena
ketidaksempurnaan itu mereka berani bertanya, mencoba, bicara tanpa
takut salah, kotor, ataupun sakit. Memang terkesan ceroboh, tapi lebih
banyak pelajaran yang bisa diambil dan “efek jera”-nya memang lebih
terasa.
Berbeda dengan orang dewasa, anak-anak tak ahli dalam hal menyerah.
Mereka terlalu penasaran, terlalu ingin tahu. Anak-anak pasti melakukan
apapun untuk tahu, tak peduli itu begitu berisiko buat mereka, tak
peduli itu akan sangat menyakitkan dan mengecewakan, yang penting mereka
jadi tahu.
Biasanya anak-anak yang belajar dari orang dewasa, tapi untuk kali
ini aku rasa orang dewasalah yang mesti belajar dari anak-anak.
Deskripsi orang dewasa tentang cinta sudah tak murni, karena sudah
bercampur dengan refleksi ego sendiri. Lain halnya dengan anak-anak,
mereka mendeskripsikan tentang cinta tanpa ada penambahan-penambahan
maksud dari egonya masing-masing. Mendeskripsikan cinta dengan tulus.
Aku pernah mendengar beberapa anak berceloteh tentang cinta, aku
pikirkan, aku renungkan, bahkan aku bayangkan menjadi seorang anak
berbicara.
“Cinta adalah ketika aku mengenakan parfum kakakku ketika pergi
sekolah, dia pun mengenakan parfum kakaknya, sepertinya, aku mencium
wanginya, dia mencium wangiku. Cinta adalah ketika seseorang yang aku
sukai menyukai baju yang aku kenakan, dan akupun mengenakannya setiap
hari. Cinta adalah ketika aku rela memberikan beberapa kentang goreng
dari bekalku untuknya tanpa berharap dia memberikan sedikit telur
dadarnya untukku. Cinta adalah ketika aku menjahilinya bahkan sampai
menangis hanya untuk mendapatkan sedikit perhatiannya. Cinta adalah yang
membuat aku tersenyum walau aku sedang lelah setelah pelajaran
olahraga,” ucapnya sepulang sekolah seraya mengelap keringat di dahinya.
“Cinta adalah ketika aku sedang ragu untuk tampil dalam lomba pidato,
dia memberikan lambaian tangan dan senyuman untuk menyemangatiku. Cinta
adalah ketika aku berharap dia yang menenangkanku ketika aku bertengkar
dengan temanku. Cinta adalah ketika bulu mataku naik turun melihatnya,
dan aku merasakan serpihan bintang keluar dari mataku. Cinta adalah
ketika aku celingak-celinguk saat dia gak masuk sekolah,” tuturnya sebelum tidur sambil memandangi langit-langit kamarnya.
“Cinta adalah ketika seseorang menyebut namaku dengan cara yang beda,
sampai aku sadar bahwa namaku aman di bibirnya,” ujarnya padahal baru
saja dia dimarahi ibunya karena tak mau makan. “Lagi gak nafsu,” bantahnya.
“Cinta adalah ketika ibu mencium keningku dan menaikkan selimut
sampai ke dagu untuk mengantar aku ke alam mimpi. Cinta adalah ketika
ayah menggendongku ke kamar tidur karena aku tertidur saat menonton TV.
Cinta adalah ketika ibu melihat ayah yang lusuh dan bau sepulang kerja,
tapi tetap menganggapnya pria paling tampan di dunia. Cinta adalah
ketika ibu membuatkan kopi untuk ayah, dan menyicipnya hanya untuk
memastikan rasanya sedap sebelum disajikan untuk ayah,” gumamnya sambil
setengah sadar karena kantuk yang tak tertahankan.
“Cinta adalah walaupun ketika lelah bercumbu, tetap ingin bersama,
dan membicarakan beberapa hal,” yang ini kata ibu dari seorang anak.
“Cinta adalah ketika ibu menunggu ayah pulang kerja sampai tertidur
di sofa. Cinta adalah ketika ayah mencium kening ibu yang tertidur di
sofa, dan menyelimutinya. Cinta adalah nenek yang mengucapkan ‘aku
sayang kamu’ setiap hari kepada kakek, karena nenek tahu kakek itu
pelupa. Cinta adalah ketika nenek sudah tidak bisa lagi membungkuk untuk
mengecat kuku kakinya, kakek melakukannya untuk nenek, sampai kakek gak
bisa lagi melakukannya. Cinta adalah ketika nenek menyimpan foto kakek
walau kakek telah tiada. Cinta adalah ketika nenek tetap mendoakan kakek
walau kakek gak akan ada lagi,” ocehnya sepulang berlibur di rumah nenek.
“Cinta adalah ketika nenek meninggal dengan tenang karena nenek yakin
akan bertemu kakek di surga,” kata seorang anak tentang cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar