Minggu, Oktober 20, 2013

Malala Yousafzai serukan upaya terpadu hak pendidikan

Gadis Pakistan Malala Yousafzai mengangkat RAW (Reach All Women) dalam Penghargaan War Anna Politkozskaya setelah menerimanya di Southbank Centre, London, Jumat (4/10). Penghargaan tersebut diberikan kepada perempuan pembela hak wanita dari konflik yang mendukung para korban dengan mempertaruhkan nyawa mereka. (REUTERS/Luke MacGregor)

... Kami tidak takut. Orang harus bersatu, mereka harus bekerja sama... "
Edinburgh, Skotlandia (ANTARA News) - Pegiat pendidikan Malala Yousafzai, Sabtu (19/10), menyerukan upaya terpadu bagi hak pendidikan dalam pertemuan terbuka pertama komisi Global Citizenship, yang diselenggarakan di University of Edinburgh.

Malala (16) adalah remaja putri pegiat yang menganjurkan pendidikan buat anak perempuan di Pakistan Barat-laut dan penyintas dari upaya pembunuhan oleh Taliban tahun lalu. Dia berasal dari etnis Pakistan-Pashtun.

Saat itu, dia ditembak di kepala dan tengkuk oleh beberapa pria bersenjata anggota Taliban dalam perjalanannya pulang dari sekolah pada 9 Oktober 2012, di kota tempat tinggalnya, Mingora --Provinsi Khyber Pakhtunkhwa.  Ia selamat dari upaya pembunuhan tersebut dan belakangan pulih dari lukanya di Rumah Sakit Queen Elizabeth, di Birmingham, Inggris.

Peristiwa yang dia alami telah memicu arus dukungan internasional, meskipun Taliban mengancam akan membunuh dia dan ayahnya.

"Kami tidak takut. Orang harus bersatu, mereka harus bekerja sama," kata Malala kepada 1.000 orang yang hadir dalam pertemuan internasional itu, sebagaimana dinyatakan Xinhua.

Ia berkeras upaya untuk menganjurkan pendidikan tak boleh terhenti sekalipun setelah serangan terhadap dirinya.

Malala, yang diundang bertemu dengan Ratu Elizabeth II, di Istana Buckingham, London, Jumat (18/10), dan berbicara mengenai betapa penting pendidikan, diberi gelar master kehormatan oleh University of Edinburgh.

Malala, yang menetap di Birmingham bersama keluarganya, juga mengatakan studinya berjalan baik dan ia berharap bisa masuk universitas.

Sementara itu, mantan Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown, yang memimpin Global Citizenship Commission dan juga menjadi Utusan Khusus PBB bagi Pendidikan Global, menegaskan tanggung jawab masyarakat internasional untuk melindungi hak setiap orang.

Dengan dukungan Carnegie UK Trust dan melalui kemitraan dengan New York University, Global Citizenship Commission bertujuan memperbarui Deklarasi Hak Asasi Manusia Universal 1948 di bidang etika dan kewarganegaraan.

Editor: Ade Marboen

COPYRIGHT © 2013

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com



View the original article here



Peliculas Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar