"Kalau dengar lagu kebangsaan Indonesia Raya, air mata saya menetes. Kalau mengheningkan cipta enggak berasa air mata saya menetes, kayak sekarang ini," kata veteran Brigade 17 Tentara Pelajar Indonesia kepada ANTARA News pada upacara ziarah nasional peringatan Hari Pahlawan ini.
Wimo terkenang pada perjuangan dia dan rekan-rekannya dalam mempertahankan Kemerdekaan RI yang diproklamasikan Bung Karno 17 Agustus 1945.
"Melihat teman-teman saya gugur, masih muda-muda gitu, masih remaja, mempertaruhkan jiwa raganya dalam perang kemerdekaan. Mereka enggak merasakan hasilnya," sambung Wimo.
Wimo termenung mengingat rekan-rekan seperjuangannya, salah satunya, Sukarlan, yang adalah rekan sekamar Wimo saat masih di asrama Brigade 17.
Sukarlan gugur pada 3 Agustus 1949 saat tentara Belanda kembali datang ke Indonesia untuk kembali menjajah negeri ini ketika Sukarlan barulah menginjak 18 tahun.
Wimo, Sukarlan, dan ratusan pelajar lain dari seluruh Indonesia bergabung dalam Tentara Pelajar Brigade 17 saat masih menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama tahun 1945.
"Kita masih SMP semua, masih bujangan, masih remaja semua," kenang Wimo.
Wimo mengisahkan, atas kesadaran sendiri para pelajar bergabung dengan Tentara Pelajar sebagai bentuk semangat jiwa nasionalis yang tumbuh dalam diri pemuda.
"Tidak ada yang mengajak atau menyuruh. Dulu kan sumpahnya, merdeka atau mati. Kita sudah siap berjuang jiwa dan raga," ujar Wimo.
Wimo bersyukur perjuangan dia dan rekan-rekannya dulu tak sia-sia.
Ia pun mengajak generasi muda, khususnya pelajar, untuk tidak melupakan perjuangan para pahlawan. "Jangan melupakan sejarah," katanya.
View the original article here
Tidak ada komentar:
Posting Komentar