Jumat, November 08, 2013

Ekspedisi Indonesia tertahan di Jembatan Sungai Melasu

ilustrasi Merah Putih Ambalat Berkibar Sejumlah perahu milik warga bersama TNI-AL dan Satgas Perbatasan Marinir memperingati HUT ke-68 Kemerdekaan RI di perbatasan Indonesia - Malaysia, Perairan Ambalat, Kalimantan Utara, Jumat (17/8). (ANTARA FOTO/Fadlansyah) ()

Permukaan air sungai naik karena hujan di hulu, di pegunungan sehingga menutup jembatan batang-batang kayu tempat menyeberang,"
Balikpapan (ANTARA News) - Tim Ekspedisi Indonesia 4X4 ke Perbatasan tertahan di tepi Jembatan Sungai Melasu, Mentarang Hulu, Malinau, Kalimnatan Utara, hingga Rabu sore.

"Permukaan air sungai naik karena hujan di hulu, di pegunungan sehingga menutup jembatan batang-batang kayu tempat menyeberang," kata Greeffion Kamil, pemimpin Ekspedisi.

Dua belas jam sebelumnya, Tim turun dari Semamu, sebuarh desa orang Lundayeh 120 km barat Malinau untuk kembali ke ibukota Kabupaten Konservasi di Provinsi Kalimantan Utara tersebut.

Ada jarak 25 km antara Semamu ke jembatan tersebut melewati jalan di gigir gunung penuh tanjakan terjal dan turunan curam.

Dari hasil evaluasi saat baru tiba di Jembatan Melasu, diputuskan yang paling aman adalah menunggu hingga air surut. Tim Ekspedisi pun bermalam di jalan di tepi sungai. Rencana awal, tim akan menyeberang pada pukul 07.00 Wita.

Namun demikian, hujan deras yang kembali turun sejak tengah hingga menjelang pagi kembali membuat air sungai naik. Tim kembali menunggu hingga selesai waktu makan siang.

"Kami dibantu teman-teman yang mengerjakan proyek jalan Malinau-Long Bawan. Dengan alat berat mereka menyusunkan kembali batang-batang log agar bisa dilalui mobil dengan aman," sambung Fionk, panggilan akrab Greeffion Kamil.

Diperhitungkan, bila berhasil menyeberang Rabu sore, maka tim akan tiba di Malinau pada tengah malam. Ada pula kemungkinan Tim memutuskan kembali bermalam di Jempulon setelah menyeberangi Sungai Jempulon.

"Bila cuaca baik dan sungai surut, kami akan coba dorong terus hingga semua berhasil menyeberang Sungai Jempulon, baru setelah itu kami putuskan lagi, apakah bermalam di Jempulon atau lanjut sampai Malinau, lebih kurang 60 km lagi ke timur," papar Fionk.

Berbeda dengan di Melasu, di Jempulon mobil bisa menyeberang sungai begitu saja. Kedalaman sungai hanya setengah roda mobil dan arusnya tak terlampau deras.

Namun demikian, katanya, apabila banjir, sungai menjadi berbahaya dan sangat berisiko bila dipaksakan menyeberang.

"Kemarin, setelah bapak-ibu ini lewat, ada satu mobil terjebak di tengah sungai karena memaksa menyeberang saat banjir," kata Hendy, warga Semamu yang akan kembali ke kampungnya dengan mengendarai sepeda motor trail.

Semamu menjadi titik balik perjalanan Tim Ekspedisi Indonesia 4X4. Tim memutuskan kembali ke Malinau karena tidak lagi punya cukup waktu dan logistik untuk sampai Long Bawan, target awal perjalanan.

Sejak memulakan perjalanan pada 26 Oktober, tim telah menjelajah hingga Pos Gabungan Tentara Nasional Indonesia-Tentera Diraja Malaysia di Simenggaris, Nunukan, Kalimantan Utara.

Tim juga menyumbangkan sejumlah keperluan logistik dan perlangkapan bagi prajurit TNI di beberapa pos lain.

"Kami juga menggelar bakti sosial berupa pengobatan dan membagikan alat-alat tulis bagi anak-anak sekolah," tambah dr Silverius Purba, dokter tim.

Bakti sosial pengobatan itu digelar di Desa Tabur Lestari di Simenggaris dan di Semamu, Malinau.
(KR-NVA/A041)



View the original article here



Peliculas Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar